Meninggalkan Warisan
Amsal 13:22
Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar.
Kata warisan sering dikaitkan dengan rumah di kawasan elite, simpanan berlimpah di bank atau saham-saham dilimpahkan bagi generasi selanjutnya. Alkitab sendiri mengajarkan meninggalkan warisan dalam bentuk wang bagi anak-anak itu layak dihargai dan dipuji. Kitab Amsal mencatat seorang ayah yang baik meninggalkan warisan bagi anak-anaknya agar dapat menjamin masa depan mereka. Tetapi warisan boleh jadi kucir kacir jika si penerimanya belum dewasa untuk mengurusnya. Jadi warisan seringkali ditentukan oleh karakter pengelolanya.
Yesus berkata hidup kita tidak tergantung kepada harta benda. Ada suatu warisan yang tidak dapat dibeli oleh wang, tidak kena pajak dan tidak dapat diambil alih. Warisan jenis ini memperkaya si penerima, membentuk karakter dan mempengaruhi hidupnya. Warisan ini adalah warisan rohani, benar-benar warisan yang layak untuk ditinggalkan.
Edith Schaeffer dalam bukunya "What is a Family?" menyatakan bahwa keluarga adalah tempat menurunkan warisan itu. Ulangan 6:7 menunjukkan keluarga sebagai sebuah fasiliti built-in untuk membangun warisan rohani bagi anak-Nya. Tapi konteksnya dapat diperluas, warisan rohani dapat diturunkan kepada siapapun - bawahan, rakan-rakan di tempat kerja atau anak-anak rohani yang sedang kita bimbing.
Tuhan telah melengkapi kita dengan Roh Kudus dan akal budi untuk mengenal lebih dulu konsep warisan, untuk kemudian mewariskannya dengan paradigma yang tepat. Jadi apakah kita sudah mulai dapat memikirkan warisan apa saja yang akan diturunkan pada generasi selanjutnya?
Warisan yang layak ditinggalkan adalah warisan rohani yang abadi dan tak ternilai.